Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
| Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi |Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung |Kata Perenungan |



Gedung Sekolah untuk Kasih Sayang

Gedung bertingkat dua yang cat birunya masih baru itu tampak lengang. Tulisan besar-besar ˇ§Universitas Habib Saggaf, Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Imanˇ¨ di dindingnya, menunjukkan bahwa itu adalah sebuah bangunan sekolah tempat para santri mendalami pengetahuan agama Islam. Jelang siang itu, rupanya para santri sedang berada di dalam kelas mereka, mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh ustadz yang berpakaian putih. Keterbatasan yang memaksa mereka belajar dengan duduk di lantai, tidak mengurangi semangat mereka untuk menuntut ilmu.

 

Pesantren, konsep pendidikan agama dimana para siswa tinggal dan belajar bersama, banyak digunakan oleh umat Islam untuk memperdalam pengetahuan agama mereka. Demikian halnya Pondok Pesantren Nurul Iman, di Desa Parung, Bogor yang didirikan oleh Habib Saggaf bin Syekh Abubakar pada tahun 1999. Ada sesuatu yang berbeda di balik pendirian pondok pesantren ini. Habib membangun pesantren ini terutama untuk menampung dan mendidik anak-anak yang tidak mampu. Karenanya semua santri/wati di sini, diterima untuk tinggal dan belajar secara cuma-cuma. Dalam 6 tahun, jumlah santri/wati yang mendaftar terus meningkat, dari semula hanya 12 santri kini berlipat menjadi 7.000 santri/wati.

 

Gedung Sekolah Baru

Pertengahan Juli 2005, para santri yang semula belajar berdesakan di ruang-ruang sempit, akhirnya dapat menikmati sedikit kenyamanan dalam belajar sejak mereka pindah ke sekolah yang baru. Sekolah baru ini diresmikan tanggal 17 Juli 2005 lalu. Setelah sekian bulan menikmati perubahan suasana ini, meskipun belum sempurna dan para santri masih harus duduk di lantai selama pelajaran, namun mereka tetap merasa senang dan bersyukur.

Pembangunan sekolah ini dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, yang juga memberi bantuan 50 ton beras per bulan sejak Mei 2004. Proses pembangunan sekolah selesai dalam waktu kurang dari satu tahun, memiliki 2 lantai dengan 24 ruang kelas, 2 ruang guru, 32 kamar mandi, dan 20 toilet. Bangunan ini, mengakomodasi pendidikan untuk tingkat tsanawiyah, aliyah, juga universitas. Totalnya sekitar 4.000 santri menuntut ilmu di sini.

Sekolah ini memang diperuntukkan bagi para santri, sebab para santriwati telah memiliki ruang kelas yang cukup memadai dalam komplek asrama mereka. Selain itu, peraturan pesantren yang ketat melarang santri dan santriwati saling bertemu.

Semula gedung sekolah ini juga akan dilengkapi meja dan kursi, namun karena khawatir penambahan meja-kursi akan membuat ruang kelas terlalu sempit untuk menampung para santri, akhirnya rencana ini dibatalkan. Maklumlah, satu kelas harus menampung 100 hingga 120 santri, tiga kali lipat jumlah siswa dalam kelas pada sekolah di kota besar. Namun, manfaat gedung kelas baru ini tetap dirasakan, seperti yang diutarakan Koswara, yang telah 6 tahun belajar di pesantren ini dan kini menjadi guru tingkat tsanawiyah, ˇ§Sudah lebih maju, dari kebersihan, juga fasilitas.ˇ¨ Selain itu ia juga bercerita bahwa tingkat konsentrasi para santri lebih tinggi, hasil konkret pernyataannya ini mungkin baru bisa kita lihat dari prestasi para santri akhir tahun ajaran ini.

 

Mengintip?Kehidupan Santri

Bersekolah di pesantren memang berbeda dari sekolah umum, misalnya saja pemberian pelajaran yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar utama, dan juga sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Pelajaran agama memegang porsi terbesar dari pelajaran yang diberikan, meskipun juga terdapat pelajaran pengetahuan umum.

Kegiatan sekolah dijalankan dalam 2 sesi, yang pertama dimulai pukul 7 pagi sampai pukul 11 siang. Pada sesi pagi ini, para santri mendapat pelajaran yang berkaitan dengan agama Islam seperti bahasa Arab, Fiqh, Tauhid, dan sebagainya. Sedangkan sesi siang dilakukan setelah sholat Luhur dan makan, persisnya pukul 2 sampai 3 siang. Di sesi tersebut diajarkan pelajaran umum seperti sekolah-sekolah lainnya. Ini berlangsung dari Senin sampai Sabtu, sedangkan hari Minggu, digunakan untuk pendalaman Bahasa Inggris.

Sebagian para ustadz yang mengajar adalah santri yang sudah mondok selama 5 sampai 6 tahun. Mereka mengajar sambil melanjutkan kuliah. Abah, panggilan para santri untuk Habib Saggaf, dengan tegas menerapkan pendidikan dengan kasih sayang. Ustadz dilarang memberi hukum fisik, jangankan memukul, menjewer telinga pun tidak boleh. ˇ§Kata Abah, jangan kamu menyakiti badannya, berikan hukuman yang lain seperti menghafal ayat,ˇ¨ kata Muh. Ilyas, salah seorang pengajar.

Tinggal dalam pesantren, para santri harus hidup teratur mengikuti jadwal yang telah ditetapkan mulai dari bangun, sholat, bersih diri, belajar, makan, dan tidur. Sejak dini mereka sudah belajar berdisiplin, karena semua harus dikerjakan sendiri, seperti mencuci pakaian dan merapikan tempat tidur. Tidak ada orangtua yang akan melakukan hal-hal tersebut untuk mereka. Ini juga harus dilakukan oleh beberapa orang santri yang tergolong masih sangat muda.

Dalam hal makanan, meski menu yang diberikan sangat sederhana, para santri/wati harus dapat menerima tanpa mengeluh. Santri/wati hanya dapat melepas rindu dengan orangtua sekali dalam sebulan, karena Abah ingin memaksimalkan waktu mereka untuk menuntut ilmu. Mereka sungguh-sungguh diajarkan untuk menjalani hidup ini dengan tabah dan sabar. Hal yang belum tentu dapat dilakukan oleh semua orang. Dengan sistem seperti ini, selalu ada beberapa orang yang akhirnya tidak tahan dan akhirnya keluar. Namun Nurul Iman boleh berbangga, sebab jumlah yang bertahan jauh lebih banyak.

Tinggal dalam pesantren tidak selalu dipandang sebagai pilihan terbaik, ada anak yang masuk karena dorongan orangtua, namun ada pula yang sebaliknya merupakan keinginan si anak sendiri meski orangtua malah berkeberatan. Namun bagaimana pun pengajaran dengan kasih sayang yang dianut oleh Habib tetap memiliki tujuan mulia untuk membentuk generasi muda yang berakhlak. ˇE Ivana

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id